Mbonek #2

Catatan Kecil Saat Mbonek #2

“….Tahun 1932 di Stadion Tambaksari Surabaya, untuk menyaingi pertandingan bola yang digelar pihak Belanda, diadakan pertandingan sepakbola ekshibisi berisikan para petinggi dan kalangan atas pribumi Jawa, Cina, dan Arab dari kalangan pengusaha dan partai politik. Bertindak sebagai wasit adalah seorang wanita berkebaya dan kain jarit bernama Nyonya Soedjono yang sangat tegas. Pertandingan berjalan seru dan sering diiringi gelak tawa karena kejadian lucu yang terjadi di lapangan. Berakhir imbang 0-0, dan pemenang akhirnya ditentukan lewat tanding Soet (permainan dengan jempol, kelingking dan telunjuk)..”. (sumber: Surabaya Tempo Doeloe ~ Dukut Imam Widodo)

Ada satu pengalamanku yang menarik ketika menonton di stadion. Gelora 10 November saat itu, sekitar awal Agustus 2011. Pertandingan ujicoba antara Persebaya melawan Timnas Indonesia U-23 Sea Games dan digelar di malam hari. Beberapa minggu sebelumnya, aku baru membeli kamera Canon 1100D. Jadi karena masih senang-senangnya memotret, aku membawanya saat menonton Persebaya. Menit-menit awal, aku dan kakakku memilih menonton dibawah papan skor. Karena ingin mendapatkan spot obyek landscape yang menarik, aku nekat naik ke pagar stadion, duduk  manis disana lalu memotret. Tak dinyana, baru beberapa potret (jelek-jelek juga hasilnya T.T), terdengar teriakan dan umpatan khas Suroboyo. Aku menoleh, ternyata itu ditujukan padaku. Umpatan-umpatan bahasa Suroboyoan (yang tak akan kutulis disini, karena terlalu keras dan vulgar) bernada ancaman dan menusuk telinga. Rupanya mereka tak suka dan protes karena aku menghalangi pandangan. Aku dalam hati ketakutan tapi tetap bersikap tenang (iya dooonngg..). Aku mengalah, lalu perlahan turun dari pagar pembatas. Aku tak mau terburu-buru dan terlihat ketakutan sehingga teman-teman bonek ini malah puas dan semakin berani meneriaki. Meskipun begitu, efeknya terasa. Aku shock dan ngambek enggak memotret lagi selama setengah jam. Sejak lulus sekolah SD, aku hampir tak pernah konflik atau bertengkar dengan seseorang. Lah ini, tiba-tiba disoraki dan dicaci puluhan bonek. Mengerikan, mengerikan. Butuh beberapa lama untuk mengembalikam moodku memotret lagi. Sorak-sorai penonton yang melihat pertandingan masih riuh. Lalu kulihat disana ada anak remaja yang juga ikut memanjat dan duduk di pagar tapi santai-santai saja tak ada yang meneriaki. Ia asyik memutar-mutar scarf-nya. Ffffffff*****... Aku gondok.
Beberapa waktu kemudian, setelah menonton beberapa pertandingan setelah itu, akhirnya aku menyimpulkan sendiri. Ada peraturan tidak tertulis, atau mungkin semacam kerelaan bersama : Hanya dirigen Bonek yang boleh berdiri atau duduk di atas pagar. Kalau kau ingin duduk disana, tunggulah sampai pertandingan mendekati selesai ketika ketertarikan mereka tentang seorang cupu yang nekat naik pagar menurun. Atau berdandanlah se-ekstrim mungkin sebagai suporter, seperti mencat tubuhmu dan wajahmu. Barulah dengan kerelaan hati bersama, mereka akan mengijinkanmu duduk manis diatas pagar. So sweet. Jika tidak, mereka tidak akan mengijinkanmu yang bertampang biasa-biasa saja seenaknya duduk diatas pagar. So kampret.
Pertandingannya sendiri berakhir dengan skor 1-3 untuk kemenangan Timnas. Entah harus sedih atau seneng.

 Pemandangan Sebelum Pertandingan: Anak kecil duduk di atas pagar
 Pemandangan Sebelum Pertandingan: IN-DO-NE-SIA
 Pemandangan Sebelum Pertandingan:Bonek: Bonek sudah memadati stadion
 Pemandangan Sebelum Pertandingan: Nyanyian dan kibaran bendera diterangi cahaya lampu
Pemandangan Sebelum Pertandingan: Hampir Full

Saat-saat masih tidak 'diperhatikan' dan berhasil motret 'cuma' satu foto. Hikss
Akhirnya turun dari pagar lalu memotret kerumunan penonton dari bawah pagar dan suasana pertandingan dari barisan atas bangku. Huft





Habis turun dari pagar, masih shock dan mencoba menenangkan diri. ealah malah melewatkan gol pertama Timnas. Argh
Cuma bisa motret perayaan golnya. Kembang Api rek



Hadiah Penalti untuk Persebaya yang dieksekusi Otavio Dutra yang harus diulang dua kali. Gol terakhir di pertandingan itu.






Red Flare, Kembang Api, Teriakan, Sorak-sorai, Asap, dan kibaran syal bendera. Perayaan khas bonek dan suporter Indonesia


Pertandingan yang juga bebarengan dengan berpulangnya Pelatih Legendaris Persebaya dan Indonesia, Rusdy Bahalwan.

 Pertandingan selesai. Skor 1-3. Salaman dulu sebagai tanda sportivitas
 Foto bareng bonek-bonek cilik
"Ritual" khas penonton di Gelora 10 November setelah pertandingan. Masuk ke lapangan dan menghampiri pemain. Entah untuk sekedar foto bareng atau bila beruntung bahkan mendapat suvenir jersey pemainnya.
Aku akhirnya ikut-ikutan juga, hehe. "Blusukan" ke lorong ruang ganti pemain.

 Asisten Pelatih Widodo C. Putra
 Asisten Pelatih Aji Santoso
 (Mantan) Pacar Andik Vermansyah: Tiara
 Diego Michiels ternyata pake gigi emas, bok. DUA BIJI. CLINK !
 Hasyim Kipuw
 Our Local Pride: Andik Vermansyah
 Patrich Wanggai
Abdul Rahman

Ayo mulih, rek!

Meskipun tadi di awal-awal pertandingan dapet "pengalaman" buruk, aku tetap senang datang ke stadion meski pengalaman satu ini rasanya ingin kuhapus saja.
Iwak peyek.. iwak peyek sego jagung..”
”Sampe elek.. sampe tuwek.. mendukungmu”

Mbonek #1

Catan kecil saat (pertama kali) mbonek
alias nonton persebaya di stadion


Di kalangan pendukung persebaya atau sering disebut bonek, ada satu quote yang sering diucapkan, ”Lek aku Bone, kon kate lapo?”. Yang artinya, ”Kalau aku Bonek, kau mau apa?”. biasanya diucapkan untuk menantang orang-orang yang memusuhi mereka atau memiliki pandangan negatif tentang seorang bonek, wajar bila melihat sentimen yang berkembang di masyarakat. Aku lahir dan besar di Surabaya, dan otomatis sangat menggilai tim sepakbola Persebaya. Apakah aku bonek? Aku sejak kecil hanya menonton Persebaya dari layar kaca. Menonton langsung di stadion malah setelah lulus STM dan bekerja. Sentimen yang berkembang di masyarakat bahwa bonek itu urakan, keras dan suka berkelahi membuatku saat kecil dilarang menonton di stadion secara langsung. Saat pertama kali menonton langsung di stadion, rasanya luar biasa. Bergabung diantara penonton yang serba hijau sambil berjingkrakan, menari dan menyanyikan chant-chant dukungan mengikuti iringan dirijen dan musik drum rasanya menyenangkan. Ikut mengumpat ketika gawang kebobolan atau ketika peluang gagal dan ikut bersorak gembira ketika pemain Persebaya mencetak gol.
Bagaimanapun, sampai sekarang karena kesibukan bekerja (ceileh... padahal cuma buruh pabrik), intensitas menonton langsung di stadion hanya beberapa kali. Ikut dalam tur luar kota saat Persebaya bermain tandang juga belum pernah. Temenku yang bonek asli (baca: selalu menonton di stadion, ikut tur luar kota dan bahkan terjun langsung saat berkelahi dan melempar-lempar batu dengan suporter musuh) pasti kecewa dan mengejek aku bila tahu hal ini. Haha. Mungkin. Dari dialah, aku tahu banyak cerita-cerita seru dan pengalamannya saat jadi bonek. Cerita temannya yang dipukuli suporter musuh, merencanakan balas dendam saat arak-arakan suporter musuh lewat, cerita tentang temannya yang ditangkap polisi dan dipenjara karena terbukti menusuk suporter musuh sampai tewas di kereta api, isu bagaimana temannya dihajar sipir karena pesanan keluarga korban, dan banyak cerita mendebarkan lainnya yang tak pernah aku bayangkan.
            Iwak peyek iwak peyek sego jagung
            Sampe elek sampe tuwek
            Sampe matek mendukungmu 

Wis suwe aku ngenteni kowe
            Rino wengi ora nyambut gawe
            Persebaya kudu dimenangi
            Arek bonek mendem rame-rame

Dua Bunga Tidur, Mimpi

Catatan Kecil Tentang Mimpi, bunga tidur

Coba pikir, sudah puluhan tahun kita hidup dan berapa malam kita lewatkan dengan tidur. Dan dalam tidur tadi, berapa banyak mimpi yang kita alami mulai dari bayi sampai usia sekarang. Menurut fakta penelitian saat bayi kita sudah bermimpi, meski tentu saja kita tak ingat apa mimpi kita saat itu. Omong-omong saat mengubek-ubek data harddisk laptopku, aku menemukan beberapa catatan harian berisi mimpi-mimpi yang kualami. Tak banyak, hanya tiga biji. Bagaimanapun, aku ingin menulisnya dalam blogku. Ini diantaranya :


8 Mei 2011
Sebut saja dia Anggun. Dia adalah gadis yang dulu diam-diam kusukai saat SMP. Dan ya, dia muncul di mimpiku tadi malam. Kok bisa, padahal aku udah lama lupa. Didalam mimpiku, aku menjemput dia di kampusnya, yang anehnya kampus itu terletak di lokasi dimana SD-ku berada. Aku terlihat keren saat itu : memakai jaket kulit dan mengendarai motor sport. Aku penuh percaya diri menunggunya di depan gerbang kampus. Banyak teman prianya memandangku iri. Lalu dia datang dengan senyum manisnya, duduk di sadel belakang dan dengan erat memelukku dari belakang. Waow  ! Aku seneng dong. Sampai-sampai aku berpikir, “Ini mimpi ya?”  (lho?). Tapi baru beberapa meter sesuatu terjadi. Bagaimana rasanya emosi kita berubah dalam sekejab? Mulanya seneng lalu sedih. Seperti enak-enaknya makan eskrim lalu tiba-tiba jatuh kecemplung lubang got dan basah. Dalam mimpiku, saat enak-enaknya menggonceng aku tiba-tiba menabrak becak. Ya, becak saudara ! WTH ! Sepeda motorku, aku dan Anggun baik-baik saja. Tapi becak dan pengendaranya sampai terbalik dan menghantam peralatan dapur di pinggir jalan milik ibu-ibu yang sedang memasak untuk sebuah pesta. Rupanya sepeda motor yang kukendarai punya efek hantam setara kereta api. (Bagaimana mungkin?? Oh ya, ini mimpi, jadi semua bisa terjadi). Aku mengumpat ”Janc*k”. Umpatan khas Suroboyo. Oh ya, Anggun juga ikut-ikutan mesoh ”Janc*k”. Aku jadi kaget. Aku lalu permisi dan mengecek hasil perbuatanku. Bagaimanapun, meski dalam mimpi aku tak berinisiatif dihakimi massa karena melakukan tabrak lari. Dan selanjutnya… ah aku lupa. Gitu ae. Pokoknya aku bener-bener ga ngerti. Bahkan dalam mimpiku pun aku juga ketiban sial.

28 Mei 2011
Malam tadi aku mimpi dalam sebuah pasar malam yang penuh dengan stand-stand luar biasa. Pasar malam itu ramai dan anehnya ada di dalam ruangan aula besar. Di udara banyak melayang kupu-kupu tiga dimensi colorful dan bercahaya:  ada yang berbentuk kotak dan ada yang berbentuk kertas. Kemudian ada stand menebak perbedaan: dimana ada lukisan besar di poster belakang dan ada seorang peraga manusia di depannya yang memakai kostum (hampir) sama dengan lukisan di belakangnya. Pengunjung disuruh menebak perbedaan peraga dengan lukisan. Peraga manusianya memakai kostum luar biasa dan berwarna-warni. Aku mencobanya dan berhasil menebak penuh lima perbedaan. Peraga manusia itu lalu memberiku hadiah : semacam tongkat pendek dengan ujungnya ada semacam bola terbuka yang bercahaya berganti-ganti dari merah, biru dan hijau.

Rabu 7 Maret 2012
Cuma mau share. Tadi pagi aku mimpi CIUMAN SAMA SYAHRINI di KOLAM RENANG !! Muahahaha.. Aneh banget. Lha wong aku ga ngefans atau mikirin apapun tentang dia. Ckckckck
Oke, Lanjut.