`“Tok Tok”
“Siapa disana”
“Bie..”
“Bie..sapa?”
“Bidadari”
“Hah?”
“Selamat Ulang Tahun”
Aku membuka pintu disana. Memang ada bidadari.
Dia tersenyum. Lalu mengangkat tangan kanannya. Bukan Kue Ulang Tahun. Moncong Revolver tepat diarahkan ke dahiku. Klik.
Aku terbangun. Keringetan.
Tuhan, bidadari sebenarnya itu adanya di surga ‘kan ya? Apa aku harus mati dulu kalau mau ketemu bidadari?
02.45. Dini hari. Tadi termasuk mimpi baik atau buruk?
Sunyi.
Hanya ada suara kipas angin yang dibiarkan menyala. Blackberry-ku mengedip merah berkali-kali.
Sms dari teman. Waktunya jam 12 malam tadi.
“Hey, Mas. Selamat Ulang tahun ya”
Dari bidadari lain. Bidadari yang dulu sempat kuandai-andaikan jadi
pendamping. Ish. Bidadari dunia nyata. Bukan bidadari dari dunia mimpi
tadi.
Tuhan, bidadari sebenarnya itu adanya di surga ‘kan ya? Apa aku harus mati dulu kalau mau ketemu bidadari?
Tak harus begitu. Aku jawab sendiri. Di dunia nyata ternyata
banyak bidadari. Bersliweran. Hanya numpang lewat. Cuma buat membekukan
orang-orang yang melihatnya. Membuat dunia berhenti sejenak secara
relativitas-nya Einstein. Kalau Tuhan bilang, bidadari di surga lebih
cantik, aku ga bisa bayangin gimana cantiknya. Kalau bidadari surga yang
ribuan kali lebih cantik boleh dipandang sesuka hati, kalau bidadari
dunia nyata hanya boleh dipandang sekilas DENGAN tidak sengaja, setelah
itu harus memalingkan muka. Perintah yang sering tak kupatuhi. Bidadari
di dunia juga tak bisa ditangkap dengan Parfum yang namanya adalah
bahasa inggris dari Kapak. Tsk.
Hari ini aku ulang tahun. 24. Secara matematis, umurku 31.536.000
detik. 31.536.001 detik. 3.153.6002. tapi secara teoritis dan teknis aku
belum 24. Aku kan lahir jam 10 siang. Bukan jam 0 dinihari. Orang bodoh
mana yang mengikrarkan ulang tahun dirayakan pukul 12 malam. Antara
amnesia dan insomnia.
Tuhan, bidadari sebenarnya itu adanya di surga ‘kan ya? Apa aku harus
mati dulu kalau mau ketemu bidadari? Kapan aku ketemu bidadari duniaku
sendiri?
Bersabarlah, Ahmad. Kurasa Tuhan akan menjawabnya begitu.
Shalat Tahajud aja gih. Jodoh kan di tangan Tuhan, makanya minta ama Tuhan dong biar dikasih, biar ga disita Tuhan melulu.
Aku lalu bangkit. Berganti baju lalu berwudhu. Shalat. Damai. Dzikir. Menenangkan.
Setelah ini, biasanya diisi bagian doa.
Aku doa apa ya?
Tuhan, bidadari sebenarnya itu adanya di surga ‘kan ya? Apa aku harus
mati dulu kalau mau ketemu bidadari? Saya ga pengen-pengen banget
bidadari yang kau janjikan di Surga-Mu itu kok Tuhan. Aku mau yang kau
janjikan di dunia saja. Ga mirip-mirip bidadari gapapa kok. Saya Cuma
pengen seorang gadis yang jika menatapnya saya tahu saya telah pulang.
Jika saya memeluknya, saya tahu saya damai. Entah di Paris, Venesia atau
cuma di depan wastafel saya merasa itu romantis. Saya cuma pengen gadis
yang beberapa tahun lagi ketika saya tidur kayak tadi tiba-tiba ada
yang mengetuk di mimpi saya.
“Tok Tok”
“Siapa disana”
“Bidadari”
“Bidadarinya Sapa?”
“Bidadarimu. Makmummu.”
“Oh ya? Mau apa?”
“Bangun yuk, sayang. Shalat Tahajud bareng. Kamu jadi Imamku”
“Alhamdulillah”
“Selamat Ulang Tahun, ya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Comment..
Semakin banyak komentar yang diberikan semakin semangat saya mengupdate blog saya..
OK Thok!!!