What I see on My Campus and about Students in there
Catatan saat menjadi mahasiswa semester 3
Kampus ini kecil. Maksudku jika dibandingkan dengan kampus-kampus negeri yang kutahu di Surabaya. Kampus ini bahkan tak lebih luas dibanding sekolah menengahku dulu. Taruhlah kau memasuki pintu pagar kampus. Di depan adalah pintu masuk utama. Di kananmu adalah bagian informasi kampus, kantor bank kecil, ATM dan ruangan-ruangan lain berkaitan dengan kampus. Di kiri kejauhan adalah masjid. Lalu langkahkan kakimu masuk beberapa meter, itu adalah lobby yang ditengahnya ada pilar kayu berisi LCD TV dan buku-buku. disebelah kanan adalah kantor-kantor biasa dan ruangan computer. Di sebelah kiri juga berisi kantor-kantor, Fakultas Hukum dan FISIP serta ruangan rector dan wakil-wakilnya. Langkahkan kakimu lagi beberapa meter. Hanya ada madding-mading fakultas dengan bangku-bangku panjang dibawahnya. Keluar lagi, semacam tempat parkir tak resmi. Di sebelah kanan adalah perpustakaan dan tempat fotokopi dengan gazebo di depan gedungnya. Di sebelah kiri adalah kantin, sedang di depan ada kamar-kamar UKM dan BEM dengan ditengah-tengahnya adalah jalan menuju gedung lain. Arahkan kakimu ke jalan itu, disitu ada gedung fakultas keguruan dan psikologi. Itu saja luas kampus ini. Tapi disini ratusan mahasiswa, dosen dan pegawai kampus menjalani kehidupan akademisnya.,
Aku kerja sambil
kuliah. Pagi kuliah, malam kerja. Pagi kerja, malam kuliah. Begitu terus dalam
rutinitas teratur setahun ini. Suatu malam, setelah pulang kuliah, aku duduk di
kantin. Disini entah kenapa menjadi tempatku biasa duduk-duduk sebelum pulang.
Dekat dengan tempat parkir. Aku sebenarnya hendak melakukan aktivitas biasa:
berselancar internet memanfaatkan wifi kampus. Tapi entah kenapa, aku bosan.
Aku bosan bermain-main dengan barang elektronik. Aku ingin berinteraksi dengan
manusia. Karena saat itulah, aku merasa lebih hidup. Ada perasaan dan
pertanyaan tiba-tiba muncul saat aku duduk-duduk sendirian: “Apa sebenarnya
yang kulakukan disini sih?”. Maksudku, bukannya aku tak punya tujuan. Rutinitas
kerja kuliah ini adalah pilihanku dan keinginanku. Dan harusnya aku
menikmatinya. Tapi tidak. Aku dilanda kebosanan. Tak tahu apa yang harus
kulakukan, aku lalu menerawang dan memandangi mahasiswa yang lalu lalang.
Beberapa sibuk dengan aktivitas UKM dan lainnya dalam perjalanan selesai
kuliah. Meskipun aku lebih tertarik memperhatikan mahasiswi-mahasiswi cantik
yang bersliweran, mungkin inilah sebabnya kantin menjadi salah satu tempat
favoritku. Tempat ini satu dari beberapa spot strategis untuk cuci mata. Selain
tentu area depan mading. (bergabunglah denganku jika cuci mata ada dalam tanda
centang yang kalian isi dalam kertas daftar hobi). Aku memperhatikan semua
mahasiswa ini. Apa yang sebenarnya mereka lakukan di kampus ini selain hanya
kuliah. Aku berpikir, lalu aku mendengar seseorang yang ngobrol dengan
temannya, “Kampus ini bisa jadi latihan berpolitik.”. itu dia, setiap mahasiswa
memiliki cara pandang sendiri tentang kampus ini. Tentang bagaimana mereka
kemudian menjalani kampus ini. Aku memikirkan dan mengingat-ingat semua
teman-teman mahasiswa yang pernah kukenal dan kuamati. Bagaimana mereka
memandang kampus ini? Iseng lalu kubuat beberapa kategori.
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai praktek kegiatan
berpolitik dan berorganisasi. Aktivis. Ciri-cirinya suka memakai jas almamater
dan kadang bawa spanduk. Mereka terlihat dimana-mana dan disaat yang bersamaan
sukar sekali ditemui saking sibuknya. Hampir aktivitas mereka dari pagi sampai
malam hari dihabiskan di kampus. Mereka seolah-olah memiliki energy ekstra
dibanding mahasiswa lain. Luar biasa. Tapi terkadang di saat bersamaan,
aktivitas wajib perkuliahan mereka malah terbengkalai. Tapi di pundak
merekalah, denyut nadi kegiatan kampus berjalan.
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai tempat mengekspresikan
diri. Kita lebih sering melihat mereka melakukan kegiatan UKM. (Maksudku
benar-benar melakukan kegiatan UKM. Karena beberapa anggota UKM hanya sekedar
menjadikan UKM tempat nongkrong). Saat ada aktivitas UKM, mereka juga terlihat
sibuk seharian.
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai kehidupan SMA
kedua, tempat bermain-main, tempat mereka bertemu teman-teman untuk bercanda
dan sebagainya. Mereka mengeluh saat ada tugas kuliah tambahan, senang saat tak
ada dosen, dan lebih sering menghabiskan waktu di kelas untuk ngobrol atau
jalan-jalan hang out ke luar kampus.
Kebanyakan kelompok ini adalah mahasiswa pagi yang baru lulus SMA, masih alay
dan labil. IPK mereka rata-rata. Di pikiran mereka hanya bersenang-senang ,
menyalahartikan kata mutiara dari Rhoma Irama: “Masa muda adalah masa yang
berapi-api”. Facebook dan twitter adalah fitur wajib mereka yang mencatat
segala pemikiran, perasaan dan aktivitas mereka. semacam diary sekaligus teman
yang paling mengerti. Lebih mengerti daripada iklan pembalut yang mengaku
mengerti wanita.
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai rumah. Dan rumah tempat
mereka sebenarnya malah hanya persinggahan. Ada kuliah atau tidak, ada kegiatan
UKM atau tidak, mereka tetap akan pergi ke kampus dan/atau mbleset jalan-jalan ke kota.
Fifty-fifty. Mereka cenderung
menganggap teman-teman mereka adalah keluarga sebenarnya. Mirip seperti
kelompok sebelumnya di atas, hanya saja kelompok ini lebih tidak betah di
rumah. Sering pulang malam. Mereka bahkan sering tidur di kampus. Cenderung
menjurus remaja broken home. Dan
jarang terlihat saat jam-jam kuliah, tapi sering terlihat saat tak ada
perkuliahan. Emosi mereka membingungkan orang sekitarnya dan sering
disalahpahami. Kalau kau tak pernah mendapat ilmu psikologi minimal 3 tahunb,
jangan coba-coba memahami logika dan perasaan mereka karena kau akan berakhir
seperti cowok yang coba memahami ceweknya yang sedang PMS dan kelaparan. Tapi
kelompok ini patut mendapat simpati. Mereka hanya anak-anak muda yang kesulitan
melalu fase menuju kedewasaan.
≠Mahasiswa yang memandang kampus sebagai tempat
persinggahan. Kebanyakan kelompok ini adalah mahasiswa yang nyambi bekerja. Jadi waktu mereka sudah
sangat sibuk. Kuliah hanya rutinitas biasa. Setelah perkuliahan selesai, batang
hidung mereka akan langsung menghilang. Pulang untuk langsung bekerja atau
pulang ke rumah untuk beristirahat. Kecepatan menghilang mereka hampir menyamai
kecepatan PKL-PKL depan kampus saat menghindari patroli satpol PP.
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai tempat menuntut
ilmu. Golongan mahasiswa cerdas, kutu buku dan haus ilmu. Lebih sering terlihat
di perpustakaan atau di depan laptop untuk mengerjakan tugas. (Meski untuk yang
terakhir harus dilihat dulu di layar laptop mereka, karena mahasiswa yang tak
masuk golongan ini hanya menampilkan halaman situs game, facebook atau bahkan
situs yang menjadi teman akrab mereka melampiaskan hormon testoteron yang
berlebih). Kelompok cerdas ini rajin mengumpulkan tugas-tugas kuliah dan IPK
mereka tinggi. Mereka bisa menjadi teman potensial bagi mahasiswa tipe manapun
yang tak terlalu antusias dengan tugas kuliah serta yang menganut paham: “Dosen
hanya tipe orang-orang yang suka menghancurkan masa muda.”
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai praktek kegiatan
berbisnis. Menurut penelitian, kampus bisa menjadi tempat potensial untuk
praktek belajar bisnis dan menjadi entrepreneur
pemula. Dan kelompok ini percaya hal itu dan mulai bersiap-siap dari
sekarang. Promosi produk dan bertransaksi adalah kegiatan wajib mereka. Mereka
sadar, dunia sebenarnya adalah dunia di luar kampus. Dunia yang lebih kejam
dari ibu tiri, bahkan lebih menjengkelkan dari di-PHP gebetan
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai the sanctuary dari dunia luar, pelindung
dari dunia kerja yang kejam. Kampus seperti suaka bagi mereka. Golongan ini
kebanyakan adalah mahasiswa veteran yang tak lulus-lulus. Hanya tinggal skripsi. Mereka terkesan takut
meninggalkan dunia kampus yang nyaman lalu harus bekerja keras berdikari
sendiri. Bertanya pada mereka urusan skripsi urusannya sama menanyakan tentang
hal berat badan pada orang gemuk, masalah pacar pada jomblo, dan serta masalah
“kapan kawin?” pada perawan tua dan bujang lapuk. Sungguh sangat tak sopan
≠ Mahasiswa yang memandang kampus sebagai ladang ikan. Tipe
mahasiswa pemburu. Anda tahu ungkapan,”Tenang, masih banyak ikan di lautan”.
Benar, jika diibaratkan cewek adalah ikan, maka cowok adalah nelayan atau
pemancing. Kelompok ini adalah kelompok idola aku. Kelompok yang memandang
menggaet wanita adalah sebuah seni dan perayaan kehidupan. Mereka tetap rutin
masuk kuliah meski sebenarnya tak begitu peduli dengan tugas dan perkuliahan
jika itu tak berprospek dengan kehidupan seni bercinta mereka. Kelompok ini aku
perhatikan ada dua macam. Kelompok Serigala dan Kelompok Elang. Kelompok
serigala bereaksi dimanapun terlihat perempuan cantik di sekeliling mereka. Di
dalam otak mereka bisa diimajinasikan kartun serigala dengan mata melotot,
jantung dengan simbol hati berdetak keras maju mundur, lidah menjulur julur, bibir
bersiul keras, dan kaki melompat-lompat saat melihat perempuan cantik ada dalam
radar. Meski dari luar mereka tampak tenang.
Kelompok Elang cenderung tenang, cool dan misterius. Diam-diam mereka menyeleksi wanita cantik di sekeliling mereka, menentukan target sasaran, kemudian baru bergerak focus pada satu sasaran. Lebih elegan dari kelompok serigala. Dua-duanya paham bagaimana berinteraksi dengan cewek dan cara merebut perhatian mereka. Golongan ini sudah makan pengalaman ditolak, ditembak, memanipulasi dan diterima berbagai tipe cewek. Aku ingin sekali berguru dengan mereka.
Kelompok Elang cenderung tenang, cool dan misterius. Diam-diam mereka menyeleksi wanita cantik di sekeliling mereka, menentukan target sasaran, kemudian baru bergerak focus pada satu sasaran. Lebih elegan dari kelompok serigala. Dua-duanya paham bagaimana berinteraksi dengan cewek dan cara merebut perhatian mereka. Golongan ini sudah makan pengalaman ditolak, ditembak, memanipulasi dan diterima berbagai tipe cewek. Aku ingin sekali berguru dengan mereka.
Dalam
kategori-kategori di atas, seorang mahasiswa bisa masuk dalam beberapa kategori
sekaligus, tapi aku hanya mengambil ciri-ciri yang paling menonjol. Dan tentu
saja ini hanya analisa sok tahu dari seorang mahasiswa jurusan komunikasi. Jadi
CMIIW jika aku salah dan tambahkan
jika ada beberapa kategori lagi.
Melihat orang-orang ini, aku merasa menonton cinema comes in reality. Aku takjub dengan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki energy lebih berorganisasi dan suka menghabiskan waktu di kampus. aku keheranan dengan mahasiswa civitas of sanctuary. Aku terpukau dengan mahasiswa pebisnis. Aku maklum dengan golongan mahasiswa ababil. Aku merasa senasib dengan mahasiswa pekerja. Aku iri dan terpukau dengan mahasiswa pemburu ikan. Melihat mereka kemudian aku sadar. Aku juga harus punya tujuan sendiri, dan memang sudah. Aku sudah punya tujuan dan mimpi yang ingin kugapai. Tapi aku tak Menentukan jadwal, tak membuat deadline dan tak konsisten menjalankannya. Aku lalai. Karena itulah aku merasa bosan dan hampa. Aku sejenak lupa dengan tujuanku. Apa tujuanku? Pada saatnya kalian nanti akan tahu, dan kuharap saat itu aku bisa berbahagia membaginya bersama kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Comment..
Semakin banyak komentar yang diberikan semakin semangat saya mengupdate blog saya..
OK Thok!!!