Setiap sebelum gelap, langit menjanjikan kita suatu hal untuk dinikmati: Gradasi biru dan jingga di atas awan. Senja Sore Hari.
Kecuali saat hujan, tentu.
***
Dimana dan siapa jodoh kita?
Pakar asmara bilang jodoh ada di sekitar kita. Jodoh itu berupa gadis cantik di depan kita tapi kita tak berani kenalan dan mengobrol dengannya. Berkali-kali berganti-ganti lewat di sekitar kita, tapi kita mengabaikannya karena tak berani dan kurang percaya diri. Dan sebagai penghiburan, kita memasukkan kata-kata motivasi pembenaran omong kosong ke dalam otak kita: “Ga selevel”, “Tenang saja, Jodoh ga akan kemana-mana.”
Ada yang bilang, jodoh itu ada di jaringan pertemanan kita. Semakin luas, semakin besar kemungkinan kita bertemu.
Atau sebenarnya kalimat jodoh ga akan kemana-mana itu bukan omong kosong. Apapun yang akan kita lakukan, berapa banyak gadis cantik kita ajak kenalan tetap saja jodoh kita sudah ditetapkan. Bukan gadis-gadis cantik itu, tapi gadis manis teman kampus kita, atau rekan kita. Dan kita akan bertemu dengannya. Dengan cara yang mudah dan tak terduga.
Kita tak pernah tahu akan hal itu ‘kan?
Seperti dilema yang sedang dipikirkan seorang lelaki yang duduk di sebuah kursi restoran outdoor franchise cepat saji. Restoran itu tenang, dilingkupi payung kanopi di atas dan empat meja di bawahnya. Awalnya ia tak begitu memperhatikan sekelilingnya, lalu seorang pelayan perempuan menanyakan pesanannya. Laki-laki itu terpukau. Diam-diam saat pelayan itu sibuk mempersiapkan pesanan makanan di meja konter, ia melirik sesekali. Laki-laki itu datang ke restoran karena sumpek dengan tugas-tugas kuliahnya. Ia di jurusan seni rupa. Dan dosen memberinya tugas melukis. Bukannya itu tugas yang sulit. Tapi ia sedang bermasalah dengan mental dan ide.
Lalu gadis itu datang. Andai ia punya keberanian atau ide yang membantunya meminta nomor telepon gadis itu.
Ia mengucapkan terima kasih saat perempuan itu memberikan pesanan di mejanya, tapi gadis itu tak berkata apa-apa. Ia perhatikan, ada guratan kelelahan di wajahnya. Seakan lupa caranya tersenyum. Laki-laki itu tak menyukainya. Baginya, seorang gadis entah bagaimanapun wajahnya harus tahu bagaimana caranya tersenyum. Disanalah letak yang membuat aura seorang gadis lebih memancarkan kecantikannya. Dan kilasan wajah gadis pelayan cantik yang tak tersenyum itu mengganggunya. “Ia sendirian saja di sini. Pekerjaan ini tentu sangat melelahkan,” pikirnya. Sampai-sampai ia tak bisa tersenyum.
“Aku harus mengingatkannya agar tak lupa caranya tersenyum” pikirnya. Sambil menghabiskan makanannya, ia mencoret-coret sketsa di buku gambarnya lalu menuliskan sesuatu di sebelahnya. Ia berencana memberikan sketsa dan tulisan itu ke gadis tersebut nanti saat ia pamit pergi.
Lalu ia berhenti sejenak. Apakah akan begini saja? Haruskah ia menuliskan nomor telepon? Pesona wajahnya menarik perhatiannya. Andai ia dan dia setidaknya bisa menjadi teman, ia akan senang sekali. Tidak, tidak. Aku tidak akan menuliskan nomor telepon. Aku melukis dan menulis pesan ini murni tulus karena ingin melihat senyumnya. Apakah ini yang kau inginkan? Kau mungkin tak akan pernah bertemu lagi dengannya. Pikiran itu menyiksanya. Tak apa, aku serahkan saja pada takdir. Tapi bukankah takdir itu juga di tangan kita? Pikiran itu kembali menyiksanya.
Pada akhirnya, ketidakberaninannya menang. Ia tak menuliskan nomor kontaknya. Segera ia menaruh pesan itu di atas piring yang telah habis makanannya kemudian beranjak menuju counter yang berfungsi tempat memasak sekaligus kasir.
Gadis itu akan membaca pesannya nanti. Ia harap itu membuatnya tersenyum. Mungkin saja pesan itu akan ia simpan, membuangnya di tempat sampah atau menunjukkannya ke orang lain. Tapi itu tak penting. Baginya, khayalan bayangan wajah si gadis yang membaca pesannya kemudian tersenyum membuatnya senang. Ah, andai ia bisa melihat senyum itu langsung.
Pada suatu waktu kemudian, gadis itu membaca pesan sang laki-laki. Di sana terlihat sketsa wajah lukisan seorang perempuan ayu. Rupanya itu wajahnya. Dan sebuah tulisan pesan untuknya di sampingnya. Hal itu membuatnya terharu. Dan sejak saat itu, ia selalu tersenyum saat bekerja. Meski pekerjaan itu melelahkan, ia selalu teringat pesan dan lukisan itu. Dan ia pun kembali tersenyum. Disimpannya kertas itu dan ditempelnya di dinding kamarnya. Sesuatu yang ia baca setiap pagi sebelum berangkat bekerja. Ia bahkan sering bercermin. Ia penasaran dengan laki-laki itu. Sekilas bayangan lelaki berkacamata. Yang sebenarnya ia tahu sesekali meliriknya. Ia tadi tak memperhatikannya, karena pemandangan laki-laki yang melirik dan kadang menggodanya adalah hal yang biasa. Dan bahkan menggangunya karena ia harus berkonsentrasi bekerja. Tapi hanya kali ini seseorang melukis wajahnya dan mengingatkannya untuk tersenyum. Ini berbeda.
Dan pada waktu yang lain, laki-laki itu menggunakan wajah sang gadis untuk tugas kuliah melukisnya. Tentu saja dengan bakatnya, lukisan itu berbeda dan memiliki jiwa. “I wanna see you smile”-nya mendapat nilai A dari sang dosen. “Siapa gadis ini?”, “Seseorang”.
Sang laki-laki tak pernah kembali ke restoran franchise itu, dan sang perempuan tak lagi bekerja di sana. Sang laki-laki menyimpan lukisan dan memajangnya di kamar. Sang perempuan meletakkan kertas berisi sketsa dan tulisan dari laki-laki di buku hariannya.
Laki-laki tak sekalipun tak memandang lukisan buatannya sebelum pergi. Hal itu kadang membuatnya tertawa geli.
Perempuan selalu membuka buku hariannya dan melihat sketsa wajahnya di kertas. Membaca tulisan di sana setiap kali ada sesuatu yang membuatnya down. Dan hal itu kembali membuatnya tersenyum.
Jodoh adalah misteri takdir. Takdir mungkin saja bertahun-tahun kemudian mempertemukan mereka. Sampai mereka bertemu masing-masing mengalami kebahagiaan, penderitaan, cinta yang tumbuh dan patah, air mata dan tawa bersama orang lain. Kemudian bertemu. Entah hanya untuk menjadi sekadar teman atau berlanjut keluar pergi nonton bioskop bersama dan menjadi awal hubungan cinta. Itu adalah misteri
Atau takdir mungkin juga berkata lain. Masing-masing tak pernah saling bertemu. Laki-laki bertemu wanita lain yang kemudian menjadi cinta sejatinya. Dan perempuan bertemu lelaki tegap yang membuatnya tersenyum bahagia setiap hari. Laki-laki mencopot lukisan sang perempuan dan menggantinya dengan lukisan kekasihnya. Perempuan menceritakan kepada kekasihnya yang menatapnya berbinar penuh cinta, hari ketika ia menerima pesan dari pelanggan yang membuatkannya sketsa lukisan. Kertas itu terus tersimpan di selipan buku hariannya sampai terlupakan. Dan ini juga misteri.
Mana yang akan terjadi adalah misteri masa depan. Masa depan memberikan jutaan kemungkinan. Jutaan misteri.
***
Pernah pada suatu masa, seorang gadis dan seorang laki-laki dari tempat berbeda memandang langit yang sama di atas sungai. Gradasi biru dan jingga di atas awan. Senja Sore Hari. Dan pada saat yang sama, keduanya teringat sketsa dan tulisan kertas tersebut.
“Hey, mbak. Makanannya enak. Terima kasih. Oh ya, jangan lupa sesekali melihat cermin ya. Disana ada orang yang bila tersenyum, wajahnya cantik meneduhkan hati. Sampai jumpa :)”