The Adventure of Fulan
II
Esok harinya, Pasukan kerajaan tercepat yang dipimpin Panglima Babi dikerahkan. Berita
tentang mimpi itu juga tersebar.
Sayembara juga diadakan, barangsiapa yang berhasil membawa Bunga itu akan
mendapat hadiah emas yang sangat banyak dari sang raja. Berbondong-bondonglah
rakyat berlomba mengikuti sayembara itu, tak terkecuali Fulan dan Kuda,
sahabatnya.
“Naiklah ke punggungku. Aku akan
membawamu”. Kuda Pengelana ternyata mempunyai kecepatan luar biasa. Kakinya
yang luka seolah tak pernah ada. Meski rintangan bebatuan tajam, bebukitan
tinggi dan hutan rimba. Kuda Pengelana tak pernah lelah, apalagi ditambah beban
Fulan di punggungnya. Fulan bertugas menebang semak belukar dan menghalau
kawanan binatang liar yang hendak memangsa mereka, berkat kemampuan bertarung
yang dipelajarinya dari koloni semut, Fulan berhasil
melakukannya. Fulan sebenarnya sempat menyerah tapi Sang Kuda menyemangatinya.
“Lupakan rasa sakit, sakit hanya sebentar, tapi kemenangan selamanya. Jangan
pernah putus asa meraih tujuanmu!”. Akhirnya berkat kerjasama keduanya, mereka berhasil mengambil Bunga itu lebih cepat dari siapapun.
Bunga Air Mata Pelangi itu memang sangat indah. Mereka berdua sangat takjub.
Mereka menyerahkannya pada pasukan kerajaan yang dipimpin
Panglima Babi tiba beberapa jam kemudian di Bukit Lima Deretan. Si Tabib yang
ikut bersama pasukan kerajaan itu menerimanya dengan antusias. Ia lalu menyuruh
pasukan memutar arah kembali ke kerajaan dan berjanji akan menyampaikan jasa si
Fulan pada Raja. Bunga itu lalu diolah menjadi obat dan Baginda berhasil disembuhkan. Fulan dan kuda pengelana pun
mendapat hadiah emas. Mereka sangat gembira lalu melanjutkan perjalanan
kembali. Namun, Panglima Babi yang sebenarnya sangat berhasrat mendapatkan Bunga Air Mata Pelangi agar mendapatkan imbalah hadiah emas tapi didahului Fulan, mengajak beberapa pasukannya menyamar menjadi perampok
dan menghadang Fulan dan Kuda
Pengelana. Terjadi kejar-mengejar dan
pertarungan sengit. Namun mereka berdua kalah jumlah dan kemampuan. Emas direbut dan Kuda
Pengelana tewas terbunuh. Fulan sangat sedih sekaligus marah. “Hai,anak muda !
kuberi kau satu teka-teki, jika kau berhasil menjawabnya kau akan kubiarkan hidup dan bahkan kuberi satu keping emas
untuk biaya perjalanan pergi dari sini,” kata pemimpin
perampok yang tak lain Panglima Babi.
“Apa yang ada diawal Bulan, diakhir Cinta, ditengah-tengah Hutan dan dua langkah di belakang Jumat?”. Fulan yang masih kelelahan
dan terpukul dengan kematian temannya menjawab parau:
“Aku tidak tahu”. “Batu ! Bodoh! Hahaha” teriak Panglima Babi sambil
melempar batu dan mengenai kepala Fulan hingga berdarah lalu pingsan. Kawanan perampok itu lalu pergi sambil tertawa-tawa
membawa hasil rampokan mereka.
Stage 2 Ends, Stage 3 Begins
Saat terbangun lagi,
dengan sedih Fulan mengubur
sahabatnya kemudian kembali melanjutkan perjalanannya tanpa semangat. Tanpa
diduga ketika sampai keluar hutan, ia menemukan gubuk di pinggir pantai dan
pemiliknya adalah ibunya yang ternyata masih hidup. Pertemuan fulan dan ibunya
sangat mengharukan. Kehilangan sahabat, tapi kemudian mendapatkan ibunya
kembali sungguh hal tak terduga. Ibunya menceritakan bagaimana ia berhasil
selamat ketika terdampar ke pantai karena didorong lumba-lumba. Karena tak tahu
apa yang harus dilakukan dan tak tahu tempat dimana
ia terdampar, Ibunya lalu membangun
gubuk untuk tempat tinggal.
Namun, seperti sebelum-sebelumnya, kebahagiaan hanya
singkat saja. Tak lama Ibunya juga meninggal. Tapi sebelum meninggal, ibunya
sempat memberitahu tentang rahasia keluarga turun-temurun mengenai kalung
medali yang dipakai Fulan. “Medali ini sudah bermotif kupu-kupu, bagus sekali
Anakku. Saat kau sedang kesulitan, sambil memegang erat medali, ucapkan mantra
: ‘hallim A Sib, dengan bantuan Ratu Kupu-kupu, aku minta
pertolongan Dewata!’, maka Dewata akan
membantumu”.
Kematian ibunya semakin
membuat perasaan Fulan semakin sedih. Lalu datangah seorang Pengelana Bijak
Burung Hantu ke tempat itu heran
melihat seorang pemuda tertunduk sedih di depan sebuah gubuk, ia lalu menanyakan keadaannya.
Fulan menceritakan kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. “Anakku, biar
kukatakan padamu. Dibalik setiap musibah sering tersimpan keberuntungan, dan dibalik setiap keberuntungan sering tersimpan
kemalangan. Sering kegagalan, kesialan ,dan lingkungan yang tak bersahabat adalah bagian dari
rencana Dewata untuk membangun dirimu lebih baik di masa datang. Pikirkan itu”.
Lalu secara tiba-tiba Pengelana itu menghilang. Fulan
bingung tapi berkat perkataanya ia sedikit terhibur.
Sementara itu, Panglima Babi memiliki
rencana licik. Suatu malam, ia dan beberapa prajurit berkhianat kepada Raja.
Mereka menculik Putri Rania dan menempatkannya pada kastil terpencil yang
dikelilingi sihir, tembok tinggi besar dan hutan belantara. Kastil itu milik
seorang penyihir: Hera. Panglima Babi bekerjasama dengan Hera untuk menculik
Putri Raja. Hera dijanjikan akan diberi imbalan jika rencana mereka
berhasil. Putri akan dibebaskan jika Baginda menyerahkan takhtanya pada Panglima. Batas waktunya sampai matahari terbenam. Tapi
Raja menolak bernegoisasi. Ia malah memimpin pasukan untuk menyelamatkan sang
putri. Pasukan musuh berhasil dikalahkan. Tapi mereka tak bisa memasuki tembok
yang kokoh. Panglima Babi yang tertawan ditanyai bagaimana masuk ke benteng
itu. Namun tiba-tiba dari balik gerbang muncul sang Penyihir menuggang Katak
Raksasa. Pasukan kerajaan dihujani tombak-tombak kembang Api. Mereka juga harus
mengatasi serangan lidah Katak Raksasa yang licin dan gesit. Serangan sang
Penyihir Hera cepat dan singkat. Saat Raja dan Pasukan Kerajaan sadar, panglima
Babi yang mereka tawan beserta penyihir itu lenyap. Sayup-sayup terdengar suara
parau, “Tiga jam lagi Raja. Jika kau tak menyerahkan tahtamu, anggap kau tak
lagi memiliki Putri!”. Lalu hening
Fulan yang mendengar kabar penculikan Putri Rania mendatangi tembok besar mencoba menyelamatkan sang Putri.
Dari kejauhan dan tempat tersembunyi ia
menyaksikan apa yang terjadi pada Raja dan pasukannya. Saat memikirkan jalan
cara melewati tembok tinggi, ia teringat pesan ibunya tentang medali. Mantrapun
diucapkan, “hallim A Sib, dengan
bantuan Ratu Kupu-kupu, aku minta
pertolongan Dewata!” lalu ajaib tiba-tiba motif medali yang berbentuk kupu-kupu
menjadi hidup dan bercahaya. Fulan terkejut dan
menjatuhkan medalinya. Cahaya medalinya semakin putih menyilaukan. Fulan
menutup matanya dengan tangan. Lalu cahaya itu perlahan-lahan pudar, dan di
tempat medali terjatuh tadi berganti sosok seekor Kupu-kupu Raksasa mengepak-epakkan sayapnya.. Fulan takjub.
Kupu-kupu itu persis dengan deskripsi mimpi Raja. Warna-warni berkilauan indah.
Kupu-kupu Air Mata Pelangi. Ratu Kupu-kupu.
Sang kupu-kupu memberi
isyarat agar Fulan naik ke punggungnya dan mereka pun
terbang. Tembok tinggi berhasil dilewati. Fulan melihat dibalik tembok itu terdapat Hutan belantara, semak belukar berduri dan
semburan air panas dan bersyukur memiliki medali ibunya.
Sampailah mereka di kastil yang menawan Putri Rania.
“Disini saja aku bisa mengantarmu Fulan. Kastil ini dilindungi sihir kuat yang
menghalangiku masuk. Kau harus berusaha sendiri. Aku akan menunggu didepan
pintu gerbang kastil. Semoga berkah dewata
bersamamu”.
III
Fulan menaiki jembatan gerbang, tapi ketika sampai ternyata
pintu kastil tertutup. Ia tak bisa masuk, tapi ada tulisan di pintunya. “Yang kita miliki tapi jarang kita hargai
tapi menyesal bila telah terbuang. Apakah pertengahan dari pemburu bunga yang
membangun sarang di langit, yang pertama
dari 26, yang ketiga dari jendela dunia, akhir dari
seseorang yang berharga bagimu selain keluarga, dan terakhir dari surga berada
di telapak kakinya?”. Sebuah teka-teki yang Fulan merasa pernah mendengarnya. Fulan
berpikir keras lalu teringat pertemuanya dengan
Panglima Babi yang merampoknya dan melemparnya batu karena tak bisa menjawab teka-teki. Fulan
akhirnya tahu kunci teka-teki ini: akhir, tengah-tengah dan awal maksudnya adalah
huruf dari jawaban masing-masing teka-teki
lalu dirangkai menjadi jawaban utuh. “Apakah pertengahan dari pemburu bunga
yang membangun sarang di langit”. Pemburu bunga? Kupu-kupu-kah? Yang membangun sarang di langit? Fulan tiba-tiba teringat
ucapan salah satu anggota keluarga semut,“...Bahkan kau tahu? Teman kita yang
terbang dan membangun sarang di tempat tinggi, Tawon, kami adalah keturunan
leluhurnya” Tawonkah? Tengah-tengahnya huruf W. Yang pertama
dari 26? Yang Fulan tahu yang berjumlah
26 hanya huruf alphabet, maka paling awal adalah huruf A. Jendela dunia? Buku, maka
huruf K. Yang berharga bagiku selain keluarga? Fulan teringat almarhum Kuda
Pengelana yang sangat berharga baginya, itu berarti Sahabat, maka huruf
terakhir T. Lalu teka-teki terakhir ia teringat peribahasa surga berada di telapak
kakinya: Ibu, maka huruf U. Fulan menangis, jawabannya: “WAKTU” teriaknya dan
pintu kastil terbuka. Fulan masuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Comment..
Semakin banyak komentar yang diberikan semakin semangat saya mengupdate blog saya..
OK Thok!!!